Langsung ke konten utama

Oksidentalisme

OKSIDENTALISME
Elvan Tedio Fawaz

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setelah sekian lama peradaban manusia mengukir kejayaan di Timur, munculah Barat beberapa ribu tahun kemudian. Peradaban baru di awali dengan munculnya kajian filsafat pada abad ke 6- SM. Thales telah dianggap sebagai filosofi pertama Yunani. Filsafat kian berkembang pesat di Yunani melalui kiprah filosof kenamaan Socrates, Plato dan Aristoteles yang bermula di sebuah sudut kota bernama Athena.
Semenjak munculnya para filosof di atas, ilmu pengetahuan mulai berkembang di yunani sebagai embrio lahirnya peradaban Barat. Namun, perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tersebut seakan-akan terhenti ketika kekaisaran yunani runtuh, dan pada tahap berikutnya disusul pula dengan runtuhnya kekuasaan Romawi, setelah berakhirnya dua kekuatan tersebut, muncullah kekuatan dan kekuasaan gereja sebagai penggangtinya. Sejak itu, semua aktivitas keilmuan yang bertentangan dengan dogma gereja akan dimusuhi, bahkan ilmuannya di jatuhi hukuman mati.
Kondisi seperti itu mulai berubah saat memasuki abad pertengahan, dimana semangat renaissance mampu mengerogoti kekuasaan gereja atas masyarakat. Salah satu tujuan renaissance adalah merubah kehidupan social dan politik secara radikal berdasarkan posisi moral yang kuat[1], kendati para filosof dan ilmuan tidak melakukan perang atau pemberontakan secara nyata, namun usahanya cukup berhasil dalam mengusung peradaban Barat menjadi sebuah peradaban yang modern seperti sekarang ini.
Peradaban Barat adalah sebuah bangunan sejarah yang bisa dikatakan sangat luas dan kompleks serta mamiliki rentang waktu yang cukup panjang, dan dalam peradaban barat terbagi menjadi tiga rentangan waktu, yaitu : periode awal peradaban barat[2], kemudian periode pertengahan peradaban barat. Dalam hal ini mulailai kejayaan Barat ketika pada jaman renaissance yang ditandai dengan hilangnya dominasi gereja dan mulai berkembangnya filsafat dan ilmu lainnya.
Pada makalah ini pembahas mencoba memaparkan judul tentang peradaban barat yang berisi Fenomena sosial Barat, Kejahatan dan kriminalitas masyarakat Barat, Agama, Moralitas dan kebudayaan Barat, Barat dan kebebasan Pribadi, serta Ialam dalam pandangan peradaban Barat.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fenomena Sosial Barat
Sebelum saya membahas yang lebih dalam terhadap fenomena sosial barat ini, saya akan membahas tentang pengertian dari kalimat fenomena sosial, dalam hal ini fenomena sosial memiliki arti sebagai kondisi di mana manusia menganggap segala hal yang di alaminya adalah sebuah kebenaran absolut, padahal itu adalah kebenaran semu yag di buat melalui simulasi simbol-simbol yang di citrakan sedemikian dari sebuah objek yang benar.
Dalam pembahasan ini kita mengetahui bahwasanya kehidupan sosial di barat di awali atau muncul pada zaman kuno, atau periode awal peradaban Barat, kemudian zaman pertengahan, dan yang terakhir adalah zaman Modern, pada zaman kono di bagi menjadi dua golongan yaitu zaman Yunani dan Romawi, dan zaman pertengahan di bagi menjadi zaman kristen awal, transisi dari kuno ke pertengahan dan pencerahan. Ini berarti bahwa asas atau akar zaman Modern adalah Yunani, Romawi, dan abad Pertengahan[3]. Artinya sebuah kehidupan sosial itu akan lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan konsep-konsep keilmuan di dalam nya. Karena faktor keilmuan itulah yang sebenarnya menciptakan aktivitas sosial, politik dan budaya. Dengan kata lain, kerja-kerja intelektual dan keilmuan anggota masyarakatlah sebenarnya yang melahirkan suatu kehidupan sosial Barat. Ini berimplikasi bahwa konsep-konsep keilmuan terdapat sistem dan super sistem yang di sebut worldview. Suatu peradaban tidak akan bangkit dan berkembang tanpa adanya pandangan hidup aktivitas keilmuan di dalam masyarakatnya. Demikian pula Barat, sebagai kebudayaan, tidak akan bangkit dan berkembang dan melahirkan sains tanpa memiliki pandangan hidup terlebih dahulu[4].
Seperti yang telah kita ketahui dan telah saya jelaskan di atas bahwasanya Yunani adalah faktor penting bagi peradaban kebudayaan barat, Zaman baru yang sering di sebut dengan abad pertengahan (Midle Ages atau Medival). dianggap sebagai permulaan kebudayaan Barat. Bagi Holmes Peradaban Barat tercipta pada periode ini. Namun karena terdapat kontroversi di kalangan sejarawan tentang waktu yang pasti kapan persisnya Zaman Kegelapan bermula, maka waktu yang pasti kapan Zaman Pertengahan dimulai juga masih diperdebatkan. Walaupun abad pertengahan merupakan masa yang suram pada dunia Barat, namun sedikit banyaknya tetap memiliki peran dan andil dalam mengusung peradaban Barat modern hingga saat ini.
B.     Kejahatan dan Kriminalitas Masyarakat Barat
Dalam peradaban Barat sendiri, inquisisi telah menggoreskan trauma yang mendalam terhadap terhadap persepsi dan sikap orang Barat terhadap Agama Kristen. Mereka mengambil sikap apatis dan membatasi peran agama dalam bidang kehidupan. Fenomena sejarah seperti ini sebenarnya tidak sesuai jika di terapkan untuk masyarakat Muslim. Tetapi, dominasi Barat di dunia Islam telah lama memaksakan pengalaman sejarah dan konsep mereka terhadap semua agama.
Gejala pertama muncul sejak kekaisaran Romawi yang menganut agama Kristen runtuh sampai akhir abad ke 4- M. Hal ini menyebabkan gereja tumbuh lebih kokoh dan mendominasi kehidupan Barat sampai 10 abad berikutnya. Orang-orang krisKristeng sangat tertindas selama era Paganisme[5] , memunculkan kembali kebiasaan menindas itu di antara mereka sendiri. Usai tampil sebagai penguasa dalam ke kaisaran Romawi, mereka mulai menyerang lawan-lawannya walaupun meraka pemeluk Kristen. Berkaitan dengan perubahan drastic pada sikap kebebasan itu, H.J Muller[6] menyatakan : Tatkala orang Kristen memperoleh kejayaan, mereka langsung tidak mempercayai kebebasan agama, mereka menghendaki agar kebebasan agama itu hanya milik mereka saja. Mereka pun mulai menindas pemuja-pemuja patung dan orang yahudi untuk kemudian disusul dengan tindakan keras terhadap orang-orang Kristen yang melakukan penyimpangan. Kejahatan sebagian masyarakat barat menjadikan dirinya pemilik dari setengah Kerajaan. Penindasan selama dua pertiga abad, sebagian orang Kristen murtad dan yang lain tetap setia pada agamanya, di anataranya dengan mengorbankan nyawa sebagai martir[7]. Setelah kriten mengalami pasang surut dalam permasalahannya, kembalilah agama mereka menindas agama Islam. Dengan berbagai cara mereka menindas dan menjajah agama Islam ada salah satu upaya yang mereka lakukan untuk mengkristenisasi dari tahun (1945-sekarang) Muncul lah pada saat itu zaman Perjuangan di kaum Salibis (pelangis) guna meng”kristenkan” bangsa Indonesia melalui proses yang amat panjang dan telah menorehkan arang ke wajah umat islam yang berusaha menghidupkan cahaya Allah dibumi pertiwi. Berawal dari ekspedisi bangsa spanyol dan portugis dalam Triple Mission, yaitu Gold (kekayaan), Glory (Kekuasaan), Gospel (penyebaran agama) yang membawa kesengsaraan yang tidak ringan bagi kehidupan jutaan umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang ketika itu masih berbentuk Multi Kingdoms. Tidak sedikit nyawa, harta, dan tumpahan darah mengalir untuk mempertahankan hak mereka yang di injak-injak.
C.     Agama, Moralitas dan Budaya Barat
1.      Agama.
Pada tahun 311-312 terjadi perubahan nasib yang krusial pada gerejagereja di barat. Setelah lama mengalami penindasan kerajaaan Roma, kemudian setelah mendapat toleransi Dari kaisar Galerius Constantine I berhasil menguasai setengah kerajaan. Inilah yang menjadi ujian bagi watak gereja sebagai penanggung jawab dalam sejarah. Akibat semakin banyaknya umat Kristen, kekuasaan dan kekayaan maka jabatan – jabatan di Gereja saling diperebutkan bahkan terjadi persaingan kotor. Kekacauan ini semakin tidak terbendung dan sulit dikendalikan oleh kerajaan tidak seperti saat Kristen menjadi kaum minoritas. Namun hal ini tidak mengherankan karena Kristen merupakan cabang dari Yudaisme yang sulit berkompromi.[8] Semenjak itu persatuan gereja digunakan untuk menopang persatuan kerajaan. Sering kali juga isu isu agama menjadi identik dengan isu-isu politik dan sosial.
Kemudian kedudukan agama seakan berubah setelah era reformasi yaitu suatu gerakan menentang otoritas Gereja di bawah pimpinan Paus yang terjadi di berbagai wilayah Eropa. Pergolakan pada abad XVI mendorong timbulnya Lutheranisme, Calvinisme dan Anglikanisme yang merupakan gerakan pembaharuan di seluruh Eropa menentang Gereja Katolik dan menghendaki kemurnian agama Nasrani. Kemudian muncul beberapa gerakan reformasi seperti yang di pelopori oleh Luther di Jerman yang disebut oleh Luheranisme. Gerakan ini menyebar seperti api liar namun tidak sampai melampaui Jerman dan Skandinavia. Di sisi lain ada Calvinisme yang dipelopori oleh John Calvin (1509-1594) berkembang di Perancis menyebar jauh dari Jenewa hingga ke arah timur menuju Hungaria, Polandia dan Lithuania. Di Swiss ada gerakan reformasi yang dipimpin oleh Ulrich Zwingli (1484-1531).[9]
2.      Moralitas
Barat yang dimaksudkan oleh penulis disini ialah yang terusung dari beberapa tokoh pemikir barat yang cenderung pada epistimologi rasionalisme empiris yang berpandangan bahwa manusia hanya sebatas makhluk biologis yang tidak meiliki kebutuhan-kebutuhan yang lebih asasi (metafisis). Pandangan ini meruapakan akibat dari word view (pandangan dunia) materialisme yang menganngap bahwa alam ini tak lain dari entitas materi murni. Paradikma ini berakibat langsung pada konstruk gagasan etisnya hanya berpangkal pada asumsiasumsi sosio-materialis ketimbang filosofis-metafisis. Itulah sebabnya sehingga para pengusung gagasan etika seperti ini cenderung mengabaikan agama sebagai aspek penting dalam kehidupan, lihat saja misalnya asumsi para rasionalis Abad Pencerahan Eropa bahwa agama akan memperburuk atau mambatasi ruang lingkup pribadi.
3.      Budaya
Budaya Eropa dimulai sejak zaman Paleolitik. Ini ditandai dengan ditemukannya ribuan batuan tangan yang usianya mencapai 800.000 tahun. Penemuan ini menjadi bukti penting bagi bangsa Eropa. Inilah tonggak dari sebuah sejarah dan budaya di Eropa. Namun awal budaya demokratik Eropa ini dimulai perkembangannya sejak zaman Yunani kuno.
Budaya Eropa terus memuncak seiring terbentuknya kekaisaran Romawi di  Italia, kemudian Kekaisaran Romawi membagi benua Eropa menjadi dua, yaitu sepanjang Sungai Rhine dan Danube. Budaya Eropa sebenarnya merupakan kebudayaan yang tumpang tindih, Beberapa budayawan Eropa menyatakan kalau budaya Eropa sebenarnya terbentuk dari budaya Afrika Utara, yaitu Mesir kuno. Sebagian ahli budaya menganggap kalau bangsa Eropa adalah keturunan dari bangsa Mesir kuno, Namun dasar kebudayaan Eropa sendiri diletakkan oleh bangsa Yunani, diperkuat oleh Romawi, dan distabilkan oleh Kristen.
Karena koneksi dan adopsi global, budaya Eropa mencapai kemajuan,  bisa kita lihat di setiap periode yang menjadi ciri khas eropa itu sendiri, seperti : pencerahan, naturalisme, romantisme, ilmu pengetahuan, demokrasi, sosialisme. Budaya Eropa tumbuh dengan dorongan berbagai budaya dari tiap benua dan menjadikan budayanya sendiri sebagai budaya global.
Sebagian besar penduduk eropa merupakan bangsa-bangsa dari Ras Kaukasoid yang berkulit putih dan berambut pirang. Hal ini yang menjadi ciri khas masyarakat benua eropa yang membedakan antara benua eropa dengan benua yang lainnya. Penduduknya dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu :
 1). Suku bangsa Nordik, bermata biru dan berambut sangat pirang. Mereka tinggal di wilayah utara yaitu Jerman, Belanda, dan Semenanjung Skandinavia.
 2). Suku bangsa Alpina, bermata coklat dan berambut pirang. Mereka tinggal diwilayah tengah, seperti Perancis, Swiss dan Belgia.
 3). Suku bangsa Mediteran, bermata agak kecoklatan, dan berambut hitam bergelombang serta masyarakatnya bertempat tinggal di italia, Yunani,dan Spanyol.
 4). Suku bangsa Slavia, bermata abu-abu Biru, rambut pirang keputih-putihan dan bertempat tinggal di Bulgaria, Rusia, Slovakia, dan Yugoslavia.
 5). Suku bangsa Dinara, berambut gelap, suku bangsa ini tinggal di Rumania.
Budaya eropa, atau kebudayaan eropa, berakar dalam seni, arsitektur, musik, sastra, dan filsafat yang berasal dari budaya daerah di Eropa. Kebudayaan Eropa sebagian besar berakar pada apa yang sering disebut sebagai "warisan budaya umum" yang dimilikinya.
 Berikut ini adalah akar dari kebudayan eropa :
1). Seni
Seni eropa mencakup sejarah seni rupa di eropa. Seni prasejarah eropa dimulai sebagai seni lukisan goa dan lukisan di batu, serta merupakan ciri khas dari periode antara paleolitikum dan zaman besi. Kesenian di eropa tersusun menjadi sejumlah periode dengan gaya tertentu yang mana secara historis saling tumpang tindih satu sama lain sebagaimana gaya yang berbeda berkembang juga di wilayah yang berbeda. Secara keseluruhan periode-periode tersebut adalah Klasik, Bizantium, Abad Pertengahan, Gotik, Renaisans, Barok, Rokoko, Neoklasik, dan Modern, Paskamodern.
2). Filsafat
Filsafat eropa adalah suatu untaian yang dominan dalam filsafat global, dan merupakan pusat penelitian filsafat di Amerika dan banyak wilayah lain di dunia yang telah berada di bawah pengaruhnya. Sekolah-sekolah filsafat Yunani pada era klasik memberi dasar pada wacana filosofis yang berlanjut hingga sekarang. Pemikiran Kristen memiliki berpengaruh besar pada berbagai bidang filsafat eropa (sebagaimana filsafat eropa telah berada pada pemikiran kristen juga), yang mana terkadang sebagai suatu reaksi. Mungkin salah satu periode filsafat tunggal yang terpenting sejak era klasik adalah Abad Pencerahan dan Renaisans. Terdapat banyak perbedaan pendapat atau konflik mengenai nilai-nilainya dan bahkan skala waktunya.
3). Masakan
Masakan dari negara-negara barat beragam dengan sendirinya, walau ada karakteristik umum yang membedakan masakan barat dari masakan-masakan negara asia dan lainnya. Dibandingkan dengan masakan tradisional berbagai negara asia, misalnya, daging lebih menonjol dan penting dalam ukuran penyajiannya. Serupa dengan beberapa masakan asia, masakan barat juga menekankan pentingnya saus sebagai bahan penyedap, bumbu masak, atau yang menyertainya (antara lain karena sulitnya bumbu-bumbu meresap dalam potongan daging besar yang digunakan dalam masakan barat). Roti dari gandum telah lama menjadi sumber pati yang paling umum dalam masakan ini, bersama dengan pasta, dumpling dan kue pastri, meskipun kentang telah menjadi tanaman pangan utama sebagai penghasil karbohidrat dalam pola makan orang-orang Eropa dan diaspora mereka sejak kolonisasi eropa di amerika.
D.    Barat dan Kebebasan Pribadi
Dalam hal ini tidaklah jauh dan ditaklah lain akan banyak menyangkut dengan Hak Asasi Manusia atau yang biasa sering kita sebut HAM, dalam hal ini sangatlah banyak sekali masyarakat barat yang berpegangan teguh dengan hak asasi manusia mereka, sehingga membuat mereka tidak beraturan dan melakukan hal yang semaunya sendiri, dalam hal inibanyak sekali menimbulkan kemerosotan dalam kebudayaan barat.
Sedangkan hak asasi manusia (HAM)[10] secara etimologis, merupakan terjemahan langsung dari human rights dalam bahasa Inggris, “droits de l’home” dalam bahasa Perancis, dan menselijke rechten dalam bahasa Belanda. Namun ada juga yang menggunakan istilah HAM sebaga terjemahan dari basic rights dan
fundamental rights dalam bahasa Inggris, serta grondrechten dan fundamental
rechten dalam bahasa Belanda. Kemudian secara terminologis, HAM diartikan sebagai hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir, sebagai anugerah atau karunia dari Allah Yang Maha Kuasa dan dimiliki bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia[11]. Jadi, HAM adalah hak-hak yang sudah melekat pada diri manusia yang bersifat universal berdasarkan harkat dan martabat manusia.
E.     Posisi Islam Dalam Peradaban Barat
Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak terkecuali di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan peradaban Barat sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia. Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan.
Umat Muslim telah lebih dulu mencapai puncak kejayaannya pada abad pertengahan. Pada abad ke-13 M terjadilah invasi kejam bangsa Mongol yang berhasil memorak-porandakan khazanah Islam buah karya para Ilmuwan Muslim terdahulu. Invasi ini dimulai pada tahun 1206, dipimpin oleh Jengis Khan dan anak keturunannya.
Akibatnya, hampir tidak ada satu peradaban Islam pun yang tersisa di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Seiring dengan itu, pada tahun 1258, pasukan Mongol kembali mengincar pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua bangunan kota dihancurkan berkeping-keping, mushaf al-Qur’an diinjak-injak, masjid dijadikan sebagai kandang kuda, perpustakaan dibakar, dan ribuan buku-buku serta manuskrip tulisan para ulama terdahulu dihanyutkan di sungai Tigris. Kehancuran yang dialami Muslim Baghdad ini dianggap sebagai era kemunduran peradaban Islam di abad pertengahan. Dan tidak berhenti di situ, bangsa Mongol melanjutkan invasinya ke arah Mesir dan Mediterania. Beruntung, semua dapat dikendalikan oleh pasukan Islam dari Dinasti Mamluk sehingga pasukan Mongol mundur. Seandainya pasukan Islam tidak berhasil menghadapi mereka, maka yang ada kini tidak akan kita temui lagi wilayah-wilayah bersejarah yang menyimpan sejuta peradaban Islam di masanya dulu.
Tidak seperti yang terjadi sekarang, di mana para ilmuwan yang terkenal hampir keseluruhan berasal dari Barat. Dulu, para ilmuwan Muslim seperti al-Biruni, Ibnu Sina, al-Battani, dan lainnya telah terlebih dulu mewarnai dunia ilmu pengetahuan. Mereka banyak menguasai ilmu kedokteran, perbintangan, perhitungan, hadis, fikih, dan masih banyak lagi. Sayangnya, prestasi gemilang tersebut tidak diakui lagi oleh bangsa Barat atau mungkin sengaja mereka tutup-tutupi demi menjaga citra kegemilangan mereka kini[12].
Transformasi ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat dikemukakan oleh Mehdi Nakosteen, seorang penulis buku Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terbangun melalui dua cara. Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa Barat yang menimba ilmu di sekolah-sekolah tinggi ataupun universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya cendekiawan Muslim yang berhasil diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka sendiri.
Ilmu-ilmu yang diajarkan dalam agama Islam bagi umat manusia adalah sebuah harta karun yang sangat menarik dan didambakan oleh semua pihak, tidak terkecuali pihak non-Muslim. Pada tahun 1213 di Eropa berdirilah sebuah universitas pertama mereka yaitu Universitas Paris dan pada akhir abad pertengahan disusullah pendirian 18 universitas lainnya di Eropa. Di universitas-universitas tersebut diajarkan pula ilmu-ilmu dari ilmuwan Islam seperti, ilmu falak, filsafat, kedokteran, yang diadopsi dari universitas Islam.
Pemuda Eropa dahulu memang banyak yang menuntut ilmu di universitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca. Saat belajar, mereka bukan hanya sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi mereka juga aktif menerjemahkan buku-buku buah karya para intelektual Muslim. Sepulangnya mereka ke negerinya, mereka pun mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Berkat kerja keras mereka mengadopsi dan menerapkan khazanah keilmuan Islam, akhirnya muncullah tunas-tunas baru sarjana keilmuan Barat yang dibanggakan masyarakat Eropa. Petrus Alfonsi salah satunya. Ia adalah seorang sarjana Eropa yang dahulunya menggeluti ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol. Ketika selesai belajar dan kembali ke negerinya, Inggris, ia dipercaya oleh Raja Henry I untuk menjadi dokter pribadinya. Selain itu, bekerjasama dengan Walcher, ia juga dipercaya untuk menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan ilmu yang didapatkannya di Spanyol.
            Missionisme dan Orientalisme adalah penopang imperialis di Mesir dan negara-negara Islam timur. Keduanya berusaha melemahkan nilai-nilai Islam, Meremehkan bahasa Arab yang fasih dan meretakkan hubungan antar bangsabangsa Arab (Bangsa-bangsa Islam pada umumnya), menjelek-jelekkan keadaan ummat Islam di mata Internasional. Adapun Propaganda yang mengatakan bahwa:
1.      Al-Qur’an adalah kitab Kristen dan Yahudi yang diubah oleh Muhammad.
2.      Islam adalah agama yang Materialis yang tak mengandung spiritualisme, yang mengajak anusia pada kehidupan dunia bukan kepada cinta kasih dan pensucian jiwa. 
3.      Islam lebih condong kepada permusuhan dan pembunuhan, serta mengajak ummatnya kepada sikap kebinatangan dan meleburkan diri dalam kesenagan duniawi.
4.      Filsafat Arab adalah pemikiran yunani, yang ditulis dengan huruf Arab.
5.      Bahasa Arab (fasih) tidak cocok denga zaman ini. Untuk itu harus diganti dengan bahasa pasaran dan dialek yang umum; dan huruf yang harus di ganti dengan huruf Latin[13].



























BAB III
PENUTUP
Peradaban Islam dan peradaban Barat masing-masing telh menyubangkan kontribusi yang besar di dalam perkembangan zaman dan kemajuan peradaan dunia. Peradaban Barat yang berddiri saat inipun tidak lepas dari peranan peradaban Islam karena sesungguhnya kemajuan Barat tidak lain karena pada abad pertengahan Barat banyak belajar dari Islam. Orang-orang Barat banyak menterjemahkan buku dari Islam kedalam bahasa Latin dan berbagai upaya dilakukan untuk kebangkitan Negerinya. Dalam sejarahnya peradabanya Barat banyak melakukan perubahan yang sangat signifikan mulai dari masa-kemasa. Yang menjadi masalah pada pandangan kebanyakan masyarakat modern yang menjadikan Barat sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bangsa dengan membabi-buta tanpa pertimbangan sedikitpun tanpa memilah yang baik dan buruknya. Maka pengetahuan akan sejarah dan sepak terjang Barat perlu diketahui.
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan tentang peradaban Barat hingga posisi Islam dalam peradaban tersebut. Akan tetapi dalam hal penulisan ini masih sangatlah banyak kekurangan di karenakan sedikitnya sumber yang saya dapatkan, semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita bersama.













DARTAR PUSTAKA
Olaf Schuman dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta: Paradigma, 1999.
Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat; Dasar-dasar Oksidentalisme, Yogyakarta: Suka Press,2008.
Alpasaran  Acikgenc, Islamic Science Towards a Definition, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996),
H. J. Muller, Freedom in The Ancient World, (New York: Harper and Broyhers, 1961). 
Arnold Toynbee, Sejarah umat Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2004).
Deny Haryanto, M. Saichurrahman, Bilqis Luciana Zunita, Azzizah Hidayati, Reformasi Dan Kontra Reformasi, (Jakarta: Panjimas, 1997),
Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pusaka Panjimas, 1986),
http://www.kompasiana.com/mamattew/kontribusi-islam-dalam-sejarah-peradaban-barat_5529acaa6ea8343c4f552cf7


 



[1] . Olaf Schuman dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta: Paradigma, 1999. Hlm. 63.
[2] . Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat; Dasar-dasar Oksidentalisme, Yogyakarta: Suka Press,2008. Hlm. 52.
[3] . ibid . Hlm. 54.
[4] . Alpasaran  Acikgenc, Islamic Science Towards a Definition, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), Hlm. 29-31.
[5] . Paganisme adalah sebuah kepercayaan/praktik spiritual penyembahan terhadap berhala yang pengikutnya disebut Pagan. Pagan pada zaman kuno percaya bahwa terdapat lebih dari satu dewa dan dewi dan untuk menyembahnya mereka menyembah patung, contoh mesir kuno, Yunani kuno, Romawi Kuno, dan lain-lain ( Wikipedia bebas ).
[6] . H. J. Muller, Freedom in The Ancient World, (New York: Harper and Broyhers, 1961), Hlm. 289-290.
[7] . Arnold Toynbee, Sejarah umat Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2004), Hal. 451
[8] . Toynbee, Arnold, Sejarah Umat Manusia – Uraian Analitis Kronologis, Naratif dan
komparatif – Judul Asli: Mankind and Mother Earth narrative history of the world, Penerjemah:
Agung Prihantoro, Imam Muttaqien, Imam Baihaqi, Muhammad Shodiq, (Yoyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hal. 448.
[9] . Deny Haryanto, M. Saichurrahman, Bilqis Luciana Zunita, Azzizah Hidayati,
Reformasi Dan Kontra Reformasi, (Jakarta: Panjimas, 1997), hal. 97
[10] . Asal-usul gagasan mengenai hak asasi manusia bersumber dari teori hak kodrati
(natural rights theory). Dalam bukunya, Locke menjelaskan bahwa semua individu dikaruniai oleh
alam berupa hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik
mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh negara. Lihat: John Locke, Two Treatises of Civil
Government, (ed. J.W. Gough, Blackwell), (New York: Oxford, 1964), hal. 28.
[11] . Habib Shulthon Asnawi, 2012, “Hak Asasi Manusia Islam dan Barat: Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati”, dalam Supremasi Hukum, Vol. 1, Nomor 1,
Yogyakarta, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, hal. 29.
[12] . http://www.kompasiana.com/mamattew/kontribusi-islam-dalam-sejarah-peradaban-barat_5529acaa6ea8343c4f552cf7.

[13] . Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pusaka Panjimas, 1986), hal.
343-344

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Interpretasi Budaya Clifford Geertz

Interpretasi Budaya Clifford Geertz Elvan Tedio Fawaz [1] Abstrak Budaya itu lahir karena manusia melakukan hal-hal dari ide-ide mereka, perilaku dan nilai-nilai. Akibatnya, memahami dan menggambarkan budaya hidup tidak dapat dipisahkan dengan tindakan manusia yang terlibat. Dan Agama adalah salah satu dari mereka. Clifford Geertz, seorang antropolog Amerika, membuat review detail pada konsep agama dan budaya dengan menggunakan metode deskripsi tebal. Geertz menyatakan bahwa "analisis budaya bukan ilmu eksperimental mencari nilai-nilai, melainkan ilmu interpretatif mencari makna" dua esai teoritis Nya terkenal. pertama, menggambarkan antropologi interpretatif secara umum; kedua, menggambarkannya secara khusus terutama dalam bidang agama. Dan untuk memulai, Geertz menggunakan pendekatan tersebut dalam studinya pada budaya dan agam a . Pendahuluan                Tradisi Antropologi pada masa lalu di...

Komponen-Komponen Dakwah

Komponen-Komponen Dalam Dakwah A.     Pendahuluan Dakwah merupakan suatu system yang penting di dalam gerakan islam. Dakwah dapat di pandang sebagai proses perubahan yang diarahkan dan di rencanakan guna dapat menciptakan atau mencetuskan individu, keluarga, dan masyarakan serta peradaban dunia yang di ridhai oleh Allah S.W.T. Dan di dalam dakwah pun sudah kita katahui sangat erat kaitannya dengan komunikasi, dalam hal ini komunikasi sangatlah penting dalam proses dakwah, dan apabila kita ingin mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna dalam berdakwah, maka kita haruslah menguasai cara-cara berkomunikasi denga baik, dari kita menguasai hal-hal tersebut maka kita akan mengetahui bagaimana prosesnya komunikasi dakwah tersebut, dan juga kita akan mengetahui apa sajakah unsur-unsur atau komponen-komponen dalam dakwah. Sebelum membahas pembahasan yang kita tuju ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang persentuhan komunikasi dan dakwah. Aktivitas dakwah dan komun...

Pemikiran Neo Sufisme

PEMIKIRAN NEO SUFISME Oleh: Elvan Tedio Fawaz Program Studi Aqidah Filsafat BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Di Indonesia, Hamka telah mengemukakan istilah tasawuf modern yang digagasnya dalam sebuah buku yang berjudul “Tasawuf Modern”. Tetapi dalam buku Hamka tersebut tidak ditemui kata Neo-Sufisme. Keseluruhan buku ini, terlihat adanya kesejajaran prinsip-prinsipnya dengan tasawuf al-Ghazali dengan tasawuf modern, kecuali dalam hal “uzlah” . Kalau al-Ghazali mensyaratkan uzlah dalam penjelajahan menuju kualitas hakikat, maka Hamka justru menghendaki agar khultah dalam mencari kebenaran hakiki untuk tetap aktif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit menguraikan tentang tasawuf Neo Sufisme. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud Neo Sufisme? 2. Bagaimana ragam dan perkembangan Neo Sufisme? 3. Siapa tokoh Neo Sufisme? C. Tujuan Penulis 1. Mengerti dan memahami Neo Sufisme ...