Elvan Tedio Fawaz
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah sekian lama
peradaban manusia mengukir kejayaan di Timur, munculah Barat beberapa ribu
tahun kemudian. Peradaban baru di awali dengan munculnya kajian filsafat pada
abad ke 6- SM. Thales telah dianggap sebagai filosofi pertama Yunani. Filsafat
kian berkembang pesat di Yunani melalui kiprah filosof kenamaan Socrates, Plato dan Aristoteles yang
bermula di sebuah sudut kota bernama Athena.
Semenjak munculnya para filosof di atas,
ilmu pengetahuan mulai berkembang di yunani sebagai embrio lahirnya peradaban
Barat. Namun, perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tersebut seakan-akan
terhenti ketika kekaisaran yunani runtuh, dan pada tahap berikutnya disusul
pula dengan runtuhnya kekuasaan Romawi, setelah berakhirnya dua kekuatan
tersebut, muncullah kekuatan dan kekuasaan gereja sebagai penggangtinya. Sejak
itu, semua aktivitas keilmuan yang bertentangan dengan dogma gereja akan
dimusuhi, bahkan ilmuannya di jatuhi hukuman mati.
Kondisi seperti itu mulai berubah saat memasuki
abad pertengahan, dimana semangat renaissance mampu mengerogoti
kekuasaan gereja atas masyarakat. Salah satu tujuan renaissance adalah
merubah kehidupan social dan politik secara radikal berdasarkan posisi moral
yang kuat[1],
kendati para filosof dan ilmuan tidak melakukan perang atau pemberontakan
secara nyata, namun usahanya cukup berhasil dalam mengusung peradaban Barat
menjadi sebuah peradaban yang modern seperti sekarang ini.
Peradaban Barat adalah
sebuah bangunan sejarah yang bisa dikatakan sangat luas dan kompleks serta
mamiliki rentang waktu yang cukup panjang, dan dalam peradaban barat terbagi
menjadi tiga rentangan waktu, yaitu : periode awal peradaban barat[2],
kemudian periode pertengahan peradaban barat. Dalam hal ini mulailai kejayaan
Barat ketika pada jaman renaissance yang ditandai dengan hilangnya
dominasi gereja dan mulai berkembangnya filsafat dan ilmu lainnya.
Pada makalah ini
pembahas mencoba memaparkan judul tentang peradaban barat yang berisi Fenomena
sosial Barat, Kejahatan dan kriminalitas masyarakat Barat, Agama, Moralitas dan
kebudayaan Barat, Barat dan kebebasan Pribadi, serta Ialam dalam pandangan
peradaban Barat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fenomena Sosial Barat
Sebelum saya membahas
yang lebih dalam terhadap fenomena sosial barat ini, saya akan membahas tentang
pengertian dari kalimat fenomena sosial, dalam hal ini fenomena sosial
memiliki arti sebagai kondisi di mana manusia menganggap segala hal yang di
alaminya adalah sebuah kebenaran absolut, padahal itu adalah kebenaran semu yag
di buat melalui simulasi simbol-simbol yang di citrakan sedemikian dari sebuah
objek yang benar.
Dalam pembahasan ini
kita mengetahui bahwasanya kehidupan sosial di barat di awali atau muncul pada
zaman kuno, atau periode awal peradaban Barat, kemudian zaman pertengahan, dan
yang terakhir adalah zaman Modern, pada zaman kono di bagi menjadi dua golongan
yaitu zaman Yunani dan Romawi, dan zaman pertengahan di bagi menjadi zaman
kristen awal, transisi dari kuno ke pertengahan dan pencerahan. Ini berarti
bahwa asas atau akar zaman Modern adalah Yunani, Romawi, dan abad Pertengahan[3].
Artinya sebuah kehidupan sosial itu akan lahir dan berkembang seiring dengan
perkembangan konsep-konsep keilmuan di dalam nya. Karena faktor keilmuan itulah
yang sebenarnya menciptakan aktivitas sosial, politik dan budaya. Dengan kata
lain, kerja-kerja intelektual dan keilmuan anggota masyarakatlah sebenarnya
yang melahirkan suatu kehidupan sosial Barat. Ini berimplikasi bahwa
konsep-konsep keilmuan terdapat sistem dan super sistem yang di sebut worldview.
Suatu peradaban tidak akan bangkit dan berkembang tanpa adanya pandangan
hidup aktivitas keilmuan di dalam masyarakatnya. Demikian pula Barat, sebagai
kebudayaan, tidak akan bangkit dan berkembang dan melahirkan sains tanpa
memiliki pandangan hidup terlebih dahulu[4].
Seperti yang telah kita ketahui dan telah saya
jelaskan di atas bahwasanya Yunani adalah faktor penting bagi peradaban
kebudayaan barat, Zaman baru yang sering di sebut dengan abad pertengahan
(Midle Ages atau Medival).
dianggap sebagai permulaan kebudayaan Barat. Bagi Holmes Peradaban Barat
tercipta pada periode ini. Namun karena terdapat kontroversi di kalangan
sejarawan tentang waktu yang pasti kapan persisnya Zaman Kegelapan bermula,
maka waktu yang pasti kapan Zaman Pertengahan dimulai juga masih diperdebatkan.
Walaupun abad pertengahan merupakan masa
yang suram pada dunia Barat, namun sedikit banyaknya tetap memiliki peran dan
andil dalam mengusung peradaban Barat modern hingga saat ini.
B. Kejahatan
dan Kriminalitas Masyarakat Barat
Dalam peradaban Barat sendiri, inquisisi telah menggoreskan trauma yang mendalam terhadap
terhadap persepsi dan sikap orang Barat terhadap Agama Kristen. Mereka
mengambil sikap apatis dan membatasi peran agama dalam bidang kehidupan.
Fenomena sejarah seperti ini sebenarnya tidak sesuai jika di terapkan untuk
masyarakat Muslim. Tetapi, dominasi Barat di dunia Islam telah lama memaksakan
pengalaman sejarah dan konsep mereka terhadap semua agama.
Gejala
pertama muncul sejak kekaisaran Romawi yang menganut agama Kristen runtuh
sampai akhir abad ke 4- M. Hal ini menyebabkan gereja tumbuh lebih kokoh dan
mendominasi kehidupan Barat sampai 10 abad berikutnya. Orang-orang krisKristeng
sangat tertindas selama era Paganisme[5] , memunculkan
kembali kebiasaan menindas itu di antara mereka sendiri. Usai tampil sebagai
penguasa dalam ke kaisaran Romawi, mereka mulai menyerang lawan-lawannya
walaupun meraka pemeluk Kristen. Berkaitan dengan perubahan drastic pada sikap
kebebasan itu, H.J Muller[6]
menyatakan : Tatkala orang Kristen memperoleh kejayaan, mereka langsung
tidak mempercayai kebebasan agama, mereka menghendaki agar kebebasan agama itu
hanya milik mereka saja. Mereka pun mulai menindas pemuja-pemuja patung dan
orang yahudi untuk kemudian disusul dengan tindakan keras terhadap orang-orang
Kristen yang melakukan penyimpangan. Kejahatan
sebagian masyarakat barat menjadikan dirinya pemilik dari setengah Kerajaan.
Penindasan selama dua pertiga abad, sebagian orang Kristen murtad dan yang lain
tetap setia pada agamanya, di anataranya dengan mengorbankan nyawa sebagai
martir[7].
Setelah kriten mengalami pasang surut dalam permasalahannya, kembalilah agama
mereka menindas agama Islam. Dengan berbagai cara mereka menindas dan menjajah
agama Islam ada salah satu upaya yang mereka lakukan untuk mengkristenisasi
dari tahun (1945-sekarang) Muncul lah pada saat itu zaman Perjuangan di kaum
Salibis (pelangis) guna meng”kristenkan” bangsa Indonesia melalui proses
yang amat panjang dan telah menorehkan arang ke wajah umat islam yang berusaha
menghidupkan cahaya Allah dibumi pertiwi. Berawal dari ekspedisi bangsa spanyol
dan portugis dalam Triple Mission, yaitu Gold (kekayaan), Glory (Kekuasaan),
Gospel (penyebaran agama) yang membawa kesengsaraan yang tidak ringan bagi
kehidupan jutaan umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang ketika
itu masih berbentuk Multi Kingdoms. Tidak sedikit nyawa, harta, dan tumpahan
darah mengalir untuk mempertahankan hak mereka yang di injak-injak.
C. Agama, Moralitas dan
Budaya Barat
1. Agama.
Pada
tahun 311-312 terjadi perubahan nasib yang krusial pada gerejagereja di barat.
Setelah lama mengalami penindasan kerajaaan Roma, kemudian setelah mendapat
toleransi Dari kaisar Galerius Constantine I berhasil menguasai setengah
kerajaan. Inilah yang menjadi ujian bagi watak gereja sebagai penanggung jawab
dalam sejarah. Akibat semakin banyaknya umat Kristen, kekuasaan dan kekayaan
maka jabatan – jabatan di Gereja saling diperebutkan bahkan terjadi persaingan
kotor. Kekacauan ini semakin tidak terbendung dan sulit dikendalikan oleh
kerajaan tidak seperti saat Kristen menjadi kaum minoritas. Namun hal ini tidak
mengherankan karena Kristen merupakan cabang dari Yudaisme yang sulit
berkompromi.[8] Semenjak itu persatuan gereja digunakan untuk menopang
persatuan kerajaan. Sering kali juga isu isu agama menjadi identik dengan
isu-isu politik dan sosial.
Kemudian
kedudukan agama seakan berubah setelah era reformasi yaitu suatu gerakan
menentang otoritas Gereja di bawah pimpinan Paus yang terjadi di berbagai
wilayah Eropa. Pergolakan pada abad XVI mendorong timbulnya Lutheranisme,
Calvinisme dan Anglikanisme yang merupakan gerakan pembaharuan di seluruh Eropa
menentang Gereja Katolik dan menghendaki kemurnian agama Nasrani. Kemudian
muncul beberapa gerakan reformasi seperti yang di pelopori oleh Luther di
Jerman yang disebut oleh Luheranisme. Gerakan ini menyebar seperti api liar
namun tidak sampai melampaui Jerman dan Skandinavia. Di sisi lain ada
Calvinisme yang dipelopori oleh John Calvin (1509-1594) berkembang di Perancis
menyebar jauh dari Jenewa hingga ke arah timur menuju Hungaria, Polandia dan
Lithuania. Di Swiss ada gerakan reformasi yang dipimpin oleh Ulrich Zwingli
(1484-1531).[9]
2. Moralitas
Barat
yang dimaksudkan oleh penulis disini ialah yang terusung dari beberapa tokoh
pemikir barat yang cenderung pada epistimologi rasionalisme empiris yang
berpandangan bahwa manusia hanya sebatas makhluk biologis yang tidak meiliki
kebutuhan-kebutuhan yang lebih asasi (metafisis). Pandangan ini meruapakan
akibat dari word view (pandangan dunia) materialisme yang menganngap bahwa alam
ini tak lain dari entitas materi murni. Paradikma ini berakibat langsung pada
konstruk gagasan etisnya hanya berpangkal pada asumsiasumsi sosio-materialis
ketimbang filosofis-metafisis. Itulah sebabnya sehingga para pengusung gagasan
etika seperti ini cenderung mengabaikan agama sebagai aspek penting dalam
kehidupan, lihat saja misalnya asumsi para rasionalis Abad Pencerahan Eropa
bahwa agama akan memperburuk atau mambatasi ruang lingkup pribadi.
3. Budaya
Budaya Eropa dimulai sejak zaman Paleolitik. Ini ditandai dengan
ditemukannya ribuan batuan tangan yang usianya mencapai 800.000 tahun. Penemuan
ini menjadi bukti penting bagi bangsa Eropa. Inilah tonggak dari sebuah sejarah
dan budaya di Eropa. Namun awal budaya demokratik Eropa ini dimulai
perkembangannya sejak zaman Yunani kuno.
Budaya Eropa terus memuncak seiring terbentuknya kekaisaran Romawi
di Italia, kemudian Kekaisaran Romawi
membagi benua Eropa menjadi dua, yaitu sepanjang Sungai Rhine dan Danube.
Budaya Eropa sebenarnya merupakan kebudayaan yang tumpang tindih, Beberapa
budayawan Eropa menyatakan kalau budaya Eropa sebenarnya terbentuk dari budaya
Afrika Utara, yaitu Mesir kuno. Sebagian ahli budaya menganggap kalau bangsa
Eropa adalah keturunan dari bangsa Mesir kuno, Namun dasar kebudayaan Eropa
sendiri diletakkan oleh bangsa Yunani, diperkuat oleh Romawi, dan distabilkan
oleh Kristen.
Karena koneksi dan adopsi global, budaya Eropa mencapai
kemajuan, bisa kita lihat di setiap
periode yang menjadi ciri khas eropa itu sendiri, seperti : pencerahan,
naturalisme, romantisme, ilmu pengetahuan, demokrasi, sosialisme. Budaya Eropa
tumbuh dengan dorongan berbagai budaya dari tiap benua dan menjadikan budayanya
sendiri sebagai budaya global.
Sebagian besar penduduk eropa merupakan bangsa-bangsa dari Ras
Kaukasoid yang berkulit putih dan berambut pirang. Hal ini yang menjadi ciri
khas masyarakat benua eropa yang membedakan antara benua eropa dengan benua
yang lainnya. Penduduknya dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu :
1). Suku bangsa Nordik,
bermata biru dan berambut sangat pirang. Mereka tinggal di wilayah utara yaitu
Jerman, Belanda, dan Semenanjung Skandinavia.
2). Suku bangsa Alpina,
bermata coklat dan berambut pirang. Mereka tinggal diwilayah tengah, seperti
Perancis, Swiss dan Belgia.
3). Suku bangsa Mediteran,
bermata agak kecoklatan, dan berambut hitam bergelombang serta masyarakatnya
bertempat tinggal di italia, Yunani,dan Spanyol.
4). Suku bangsa Slavia,
bermata abu-abu Biru, rambut pirang keputih-putihan dan bertempat tinggal di Bulgaria,
Rusia, Slovakia, dan Yugoslavia.
5). Suku bangsa Dinara,
berambut gelap, suku bangsa ini tinggal di Rumania.
Budaya eropa, atau kebudayaan eropa, berakar dalam seni,
arsitektur, musik, sastra, dan filsafat yang berasal dari budaya daerah di Eropa.
Kebudayaan Eropa sebagian besar berakar pada apa yang sering disebut sebagai
"warisan budaya umum" yang dimilikinya.
Berikut ini adalah akar dari kebudayan eropa :
1). Seni
Seni eropa mencakup sejarah seni rupa di eropa. Seni prasejarah
eropa dimulai sebagai seni lukisan goa dan lukisan di batu, serta merupakan
ciri khas dari periode antara paleolitikum dan zaman besi. Kesenian di eropa
tersusun menjadi sejumlah periode dengan gaya tertentu yang mana secara
historis saling tumpang tindih satu sama lain sebagaimana gaya yang berbeda
berkembang juga di wilayah yang berbeda. Secara keseluruhan periode-periode
tersebut adalah Klasik, Bizantium, Abad Pertengahan, Gotik, Renaisans, Barok,
Rokoko, Neoklasik, dan Modern, Paskamodern.
2). Filsafat
Filsafat eropa adalah suatu untaian yang dominan dalam filsafat
global, dan merupakan pusat penelitian filsafat di Amerika dan banyak wilayah
lain di dunia yang telah berada di bawah pengaruhnya. Sekolah-sekolah filsafat
Yunani pada era klasik memberi dasar pada wacana filosofis yang berlanjut
hingga sekarang. Pemikiran Kristen memiliki berpengaruh besar pada berbagai
bidang filsafat eropa (sebagaimana filsafat eropa telah berada pada pemikiran
kristen juga), yang mana terkadang sebagai suatu reaksi. Mungkin salah satu periode
filsafat tunggal yang terpenting sejak era klasik adalah Abad Pencerahan dan
Renaisans. Terdapat banyak perbedaan pendapat atau konflik mengenai
nilai-nilainya dan bahkan skala waktunya.
3). Masakan
Masakan dari negara-negara barat beragam dengan sendirinya, walau
ada karakteristik umum yang membedakan masakan barat dari masakan-masakan
negara asia dan lainnya. Dibandingkan dengan masakan tradisional berbagai
negara asia, misalnya, daging lebih menonjol dan penting dalam ukuran
penyajiannya. Serupa dengan beberapa masakan asia, masakan barat juga
menekankan pentingnya saus sebagai bahan penyedap, bumbu masak, atau yang
menyertainya (antara lain karena sulitnya bumbu-bumbu meresap dalam potongan
daging besar yang digunakan dalam masakan barat). Roti dari gandum telah lama
menjadi sumber pati yang paling umum dalam masakan ini, bersama dengan pasta,
dumpling dan kue pastri, meskipun kentang telah menjadi tanaman pangan utama
sebagai penghasil karbohidrat dalam pola makan orang-orang Eropa dan diaspora mereka
sejak kolonisasi eropa di amerika.
D.
Barat dan Kebebasan Pribadi
Dalam hal ini tidaklah jauh dan ditaklah lain akan banyak
menyangkut dengan Hak Asasi Manusia atau yang biasa sering kita sebut HAM,
dalam hal ini sangatlah banyak sekali masyarakat barat yang berpegangan teguh
dengan hak asasi manusia mereka, sehingga membuat mereka tidak beraturan dan
melakukan hal yang semaunya sendiri, dalam hal inibanyak sekali menimbulkan
kemerosotan dalam kebudayaan barat.
Sedangkan hak asasi manusia (HAM)[10]
secara etimologis, merupakan terjemahan langsung dari human rights dalam
bahasa Inggris, “droits de l’home” dalam bahasa Perancis, dan menselijke
rechten dalam bahasa Belanda. Namun ada juga yang menggunakan istilah HAM
sebaga terjemahan dari basic rights dan
fundamental rights dalam bahasa Inggris, serta grondrechten dan fundamental
rechten dalam bahasa Belanda. Kemudian secara terminologis, HAM diartikan sebagai hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir, sebagai anugerah atau karunia dari Allah Yang Maha Kuasa dan dimiliki bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia[11]. Jadi, HAM adalah hak-hak yang sudah melekat pada diri manusia yang bersifat universal berdasarkan harkat dan martabat manusia.
fundamental rights dalam bahasa Inggris, serta grondrechten dan fundamental
rechten dalam bahasa Belanda. Kemudian secara terminologis, HAM diartikan sebagai hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir, sebagai anugerah atau karunia dari Allah Yang Maha Kuasa dan dimiliki bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia[11]. Jadi, HAM adalah hak-hak yang sudah melekat pada diri manusia yang bersifat universal berdasarkan harkat dan martabat manusia.
E.
Posisi Islam Dalam Peradaban Barat
Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai
pusat kemajuan peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban
dunia. Tak terkecuali di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik
kejayaan peradaban Barat sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak
banyak diketahui masyarakat dunia. Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan
tegas bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan
kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan.
Umat Muslim telah lebih dulu mencapai puncak kejayaannya pada abad
pertengahan. Pada abad ke-13 M terjadilah invasi kejam bangsa Mongol yang
berhasil memorak-porandakan khazanah Islam buah karya para Ilmuwan Muslim
terdahulu. Invasi ini dimulai pada tahun 1206, dipimpin oleh Jengis Khan dan
anak keturunannya.
Akibatnya, hampir tidak ada satu peradaban Islam pun yang tersisa
di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Seiring dengan itu, pada tahun
1258, pasukan Mongol kembali mengincar pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua
bangunan kota dihancurkan berkeping-keping, mushaf al-Qur’an diinjak-injak,
masjid dijadikan sebagai kandang kuda, perpustakaan dibakar, dan ribuan
buku-buku serta manuskrip tulisan para ulama terdahulu dihanyutkan di sungai
Tigris. Kehancuran yang dialami Muslim Baghdad ini dianggap sebagai era
kemunduran peradaban Islam di abad pertengahan. Dan tidak berhenti di situ,
bangsa Mongol melanjutkan invasinya ke arah Mesir dan Mediterania. Beruntung,
semua dapat dikendalikan oleh pasukan Islam dari Dinasti Mamluk sehingga
pasukan Mongol mundur. Seandainya pasukan Islam tidak berhasil menghadapi
mereka, maka yang ada kini tidak akan kita temui lagi wilayah-wilayah
bersejarah yang menyimpan sejuta peradaban Islam di masanya dulu.
Tidak seperti yang terjadi sekarang, di mana para ilmuwan yang
terkenal hampir keseluruhan berasal dari Barat. Dulu, para ilmuwan Muslim
seperti al-Biruni, Ibnu Sina, al-Battani, dan lainnya telah terlebih dulu
mewarnai dunia ilmu pengetahuan. Mereka banyak menguasai ilmu kedokteran,
perbintangan, perhitungan, hadis, fikih, dan masih banyak lagi. Sayangnya,
prestasi gemilang tersebut tidak diakui lagi oleh bangsa Barat atau mungkin
sengaja mereka tutup-tutupi demi menjaga citra kegemilangan mereka kini[12].
Transformasi ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat dikemukakan oleh
Mehdi Nakosteen, seorang penulis buku Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual
Barat: Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terbangun melalui dua cara.
Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa Barat yang menimba ilmu
di sekolah-sekolah tinggi ataupun universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui
hasil karya cendekiawan Muslim yang berhasil diterjemahkan dari bahasa Arab ke
bahasa mereka sendiri.
Ilmu-ilmu yang diajarkan dalam agama Islam bagi umat manusia adalah
sebuah harta karun yang sangat menarik dan didambakan oleh semua pihak, tidak
terkecuali pihak non-Muslim. Pada tahun 1213 di Eropa berdirilah sebuah
universitas pertama mereka yaitu Universitas Paris dan pada akhir abad
pertengahan disusullah pendirian 18 universitas lainnya di Eropa. Di universitas-universitas
tersebut diajarkan pula ilmu-ilmu dari ilmuwan Islam seperti, ilmu falak,
filsafat, kedokteran, yang diadopsi dari universitas Islam.
Pemuda Eropa dahulu memang banyak yang menuntut ilmu di universitas
Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca. Saat
belajar, mereka bukan hanya sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi mereka juga
aktif menerjemahkan buku-buku buah karya para intelektual Muslim. Sepulangnya
mereka ke negerinya, mereka pun mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Berkat kerja keras mereka mengadopsi dan menerapkan khazanah
keilmuan Islam, akhirnya muncullah tunas-tunas baru sarjana keilmuan Barat yang
dibanggakan masyarakat Eropa. Petrus Alfonsi salah satunya. Ia adalah seorang
sarjana Eropa yang dahulunya menggeluti ilmu kedokteran pada salah satu
fakultas kedokteran di Spanyol. Ketika selesai belajar dan kembali ke
negerinya, Inggris, ia dipercaya oleh Raja Henry I untuk menjadi dokter
pribadinya. Selain itu, bekerjasama dengan Walcher, ia juga dipercaya untuk
menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan ilmu yang didapatkannya di
Spanyol.
Missionisme
dan Orientalisme adalah penopang imperialis di Mesir dan negara-negara Islam
timur. Keduanya berusaha melemahkan nilai-nilai Islam, Meremehkan bahasa Arab
yang fasih dan meretakkan hubungan antar bangsabangsa Arab (Bangsa-bangsa Islam
pada umumnya), menjelek-jelekkan keadaan ummat Islam di mata Internasional.
Adapun Propaganda yang mengatakan bahwa:
1. Al-Qur’an adalah kitab Kristen dan Yahudi yang diubah
oleh Muhammad.
2. Islam adalah agama yang Materialis yang tak mengandung
spiritualisme, yang mengajak anusia pada kehidupan dunia bukan kepada cinta
kasih dan pensucian jiwa.
3. Islam lebih condong kepada permusuhan dan pembunuhan,
serta mengajak ummatnya kepada sikap kebinatangan dan meleburkan diri dalam
kesenagan duniawi.
4. Filsafat Arab adalah pemikiran yunani, yang ditulis
dengan huruf Arab.
5. Bahasa Arab (fasih) tidak cocok denga zaman ini. Untuk
itu harus diganti dengan bahasa pasaran dan dialek yang umum; dan huruf yang
harus di ganti dengan huruf Latin[13].
BAB III
PENUTUP
Peradaban Islam dan peradaban Barat masing-masing telh
menyubangkan kontribusi yang besar di dalam perkembangan zaman dan kemajuan
peradaan dunia. Peradaban Barat yang berddiri saat inipun tidak lepas dari
peranan peradaban Islam karena sesungguhnya kemajuan Barat tidak lain karena
pada abad pertengahan Barat banyak belajar dari Islam. Orang-orang Barat banyak
menterjemahkan buku dari Islam kedalam bahasa Latin dan berbagai upaya
dilakukan untuk kebangkitan Negerinya. Dalam sejarahnya peradabanya Barat
banyak melakukan perubahan yang sangat signifikan mulai dari masa-kemasa. Yang
menjadi masalah pada pandangan kebanyakan masyarakat modern yang menjadikan
Barat sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bangsa dengan membabi-buta tanpa
pertimbangan sedikitpun tanpa memilah yang baik dan buruknya. Maka pengetahuan
akan sejarah dan sepak terjang Barat perlu diketahui.
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan tentang peradaban Barat
hingga posisi Islam dalam peradaban tersebut. Akan tetapi dalam hal penulisan
ini masih sangatlah banyak kekurangan di karenakan sedikitnya sumber yang saya
dapatkan, semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita bersama.
DARTAR PUSTAKA
Olaf Schuman dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama
dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta: Paradigma, 1999.
Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur
Menyikapi Barat; Dasar-dasar Oksidentalisme, Yogyakarta: Suka Press,2008.
Alpasaran
Acikgenc, Islamic Science Towards a Definition, (Kuala Lumpur:
ISTAC, 1996),
H. J. Muller, Freedom in The Ancient World, (New York:
Harper and Broyhers, 1961).
Arnold Toynbee, Sejarah umat Manusia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar: 2004).
Deny Haryanto, M. Saichurrahman, Bilqis Luciana Zunita,
Azzizah Hidayati, Reformasi Dan Kontra Reformasi, (Jakarta:
Panjimas, 1997),
Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern,
(Jakarta: Pusaka Panjimas, 1986),
http://www.kompasiana.com/mamattew/kontribusi-islam-dalam-sejarah-peradaban-barat_5529acaa6ea8343c4f552cf7
[1] . Olaf Schuman
dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog Antar
Peradaban, Jakarta: Paradigma, 1999. Hlm. 63.
[2] . Burhanuddin
Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat; Dasar-dasar Oksidentalisme,
Yogyakarta: Suka Press,2008. Hlm. 52.
[4] . Alpasaran Acikgenc, Islamic
Science Towards a Definition, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), Hlm. 29-31.
[5]
. Paganisme adalah
sebuah kepercayaan/praktik spiritual penyembahan terhadap berhala yang
pengikutnya disebut Pagan. Pagan pada zaman kuno percaya bahwa terdapat
lebih dari satu dewa dan dewi dan untuk menyembahnya mereka menyembah patung,
contoh mesir kuno, Yunani kuno, Romawi Kuno, dan lain-lain ( Wikipedia
bebas ).
[6] . H. J. Muller,
Freedom in The Ancient World, (New York: Harper and Broyhers, 1961),
Hlm. 289-290.
[8]
. Toynbee, Arnold, Sejarah Umat Manusia – Uraian Analitis
Kronologis, Naratif dan
komparatif – Judul Asli: Mankind and Mother Earth narrative history of the world, Penerjemah:
Agung Prihantoro, Imam Muttaqien, Imam Baihaqi, Muhammad Shodiq, (Yoyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hal. 448.
komparatif – Judul Asli: Mankind and Mother Earth narrative history of the world, Penerjemah:
Agung Prihantoro, Imam Muttaqien, Imam Baihaqi, Muhammad Shodiq, (Yoyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hal. 448.
[9]
. Deny
Haryanto, M. Saichurrahman, Bilqis Luciana Zunita, Azzizah Hidayati,
Reformasi Dan Kontra Reformasi, (Jakarta: Panjimas, 1997), hal. 97
Reformasi Dan Kontra Reformasi, (Jakarta: Panjimas, 1997), hal. 97
[10]
. Asal-usul
gagasan mengenai hak asasi manusia bersumber dari teori hak kodrati
(natural rights theory). Dalam bukunya, Locke menjelaskan bahwa semua individu dikaruniai oleh
alam berupa hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik
mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh negara. Lihat: John Locke, Two Treatises of Civil
Government, (ed. J.W. Gough, Blackwell), (New York: Oxford, 1964), hal. 28.
(natural rights theory). Dalam bukunya, Locke menjelaskan bahwa semua individu dikaruniai oleh
alam berupa hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik
mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh negara. Lihat: John Locke, Two Treatises of Civil
Government, (ed. J.W. Gough, Blackwell), (New York: Oxford, 1964), hal. 28.
[11]
. Habib
Shulthon Asnawi, 2012, “Hak Asasi Manusia Islam dan Barat: Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati”, dalam Supremasi Hukum, Vol. 1, Nomor 1,
Yogyakarta, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, hal. 29.
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati”, dalam Supremasi Hukum, Vol. 1, Nomor 1,
Yogyakarta, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, hal. 29.
[12] . http://www.kompasiana.com/mamattew/kontribusi-islam-dalam-sejarah-peradaban-barat_5529acaa6ea8343c4f552cf7.
[13]
. Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta:
Pusaka Panjimas, 1986), hal.
343-344
343-344
Komentar
Posting Komentar