Komponen-Komponen Dalam Dakwah
A.
Pendahuluan
Dakwah merupakan suatu system yang
penting di dalam gerakan islam. Dakwah dapat di pandang sebagai proses
perubahan yang diarahkan dan di rencanakan guna dapat menciptakan atau
mencetuskan individu, keluarga, dan masyarakan serta peradaban dunia yang di
ridhai oleh Allah S.W.T. Dan di dalam dakwah pun sudah kita katahui sangat erat
kaitannya dengan komunikasi, dalam hal ini komunikasi sangatlah penting dalam
proses dakwah, dan apabila kita ingin mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna
dalam berdakwah, maka kita haruslah menguasai cara-cara berkomunikasi denga
baik, dari kita menguasai hal-hal tersebut maka kita akan mengetahui bagaimana
prosesnya komunikasi dakwah tersebut, dan juga kita akan mengetahui apa sajakah
unsur-unsur atau komponen-komponen dalam dakwah.
Sebelum membahas pembahasan yang
kita tuju ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang persentuhan
komunikasi dan dakwah. Aktivitas dakwah dan komunikasi sepintas memang tampak
sama, atau berhimpitan satu sama lain, jika komunikasi didefinisikan sebagai
proses pengiriman pesan dari seseorang kepada satu atau beberapa orang melalui
symbol-simbol yang bermakna, dakwah pada dasarnya merupakan bagian dari
kegiatan komunikasi. Secara sederhana, dakwah juga dapat dipandang sebagai
proses penyampaian pesan-pesan tentang kebajikan dari seorang penyeru (Dai)
kepada audiens (Mad’u). Namun dari sisi konsep, keduannya memiliki ciri
sendiri-sendiri.
B.
Pembahasan
Sebelum lebih jauh mendiskusikan
atau membahas persoalan dakwah dalam perpektif komunikasi, perlu
diklarifikasikan terlebih dahulu pandangan umum, khususnya berkaitan dengan
makna dan persentuhan antara dakwah dan komunikasi, kedua istilah ini dapat
dimaknai berbeda. Sebagian ada yang menganggap dakwah merupakan bagian dari
komunikasi, sementara sebagian lainnya memandang sebaliknya, komunikasi
merupaka sebagian dari dakwah.
Dalam kontek ilmu, kedua istilah itu
berbeda. Komunikasi dan dakwah merupakan satu disiplin ilmu tersendiri : ilmu
komunikasi dan ilmu dakwah. Keduanya memiliki objek masing-masing, baik objek
formal maupun objek material. Secara etimologis, keduanya juga berbeda.
Komukasi sendiri berasal dari bahasa inggris, to communicate atau dalam
bentuk bendannya communication yang secara sederhana berarti
menyampaikan. Sedangkan dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a, yad’u,
da’watan, yang berarti memanggil. “Menyampaikan” dengan “memanggil” tentu
berbeda. Keduanya memiliki konsep tersendiri[1].
Oleh karena itu, setalah kita
ketahui pengertian yang mendalam dari kata komukasi dan dakwah, bahwasanya
sangatlah berbeda pengertian dari makna komunikasi dan dakwah, mau itu di
tinjau dari segi bahasa atau segi lainnya. Menganalogikan dakwah dengan
komunikasi, baik secara ilmu maupun praktis, tidak bias begitu saja di terima.
Kumunikasi dan dakwah tetap berbeda, meskipun memiliki kesamaan objek, yaitu
aktivitas manusia. Komunakasi menitikberatkan analisisnya pada fenomena
“menyampaikan” agar dengan pesan itu dapat terjadi perubahan. Sementara dakwah
menitikberatkan analisisnya pada fenomena “memanggil” atau “mengajak” untuk
melakukan perubahan.[2]
Setelah itu kita akan membahas
tentang komponen-kompoen yang ada di dalam komunikasi dakwah, sebelum kita
membahas yang mendalam tentang itu, alangkah baiknya kita mengetahui makna
secara harfiah tentang apa itu komponen. Komponen secara etimologi (lughatan),
dalam bahasa Indonesia di artikan unsur, berarti bagian yang utuh, secara
terminology (istilahan) unsur adalah komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu kegiatan.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat dipahami bahwa komponen-komponen dakwah adalah unsur-unsur atau
bagian-bagian yang terdapat dalam kegiatan dakwah yang merupakan sebuah system
yang satu sama lain keterkaitan atau mendukung. Apabila ada bagian yang tidak
berfugsi atau hilang, maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan. Oleh karena
itu, apabila kegiatan dakwah tanpa ada unsur yang lenkap maka kegiatan dakwan
mengalami gangguan atau tidak akan berjalan dengan lancer.
C.
Unsur-unsur dakwah.
Komponen
atau unsur dakwah antara lain, da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi), ushlub(metode),
dan wasail(media). Semua unsur ini saling keterkaitan satu sama lainnya.
·
Da’I ( subjek dakwah ).
Da’i dalam ilmu
dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek
dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh
saja. Yang menjadi subyek dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang
berpendapat bahwa yang menjadi subyek dakwah itu selain manusia Allah S.W.T sendiri.
Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah semua muslim yang mukallaf
sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena Islam tidak
memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya[3]. Jadi
sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk
ulama, Kiyai atau para santri dan lembaga-lembaga baik yang beridentitas
lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama, tetapi di luar itu
semua wajib untuk melaksanakan dakwah.
Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in. Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu proses dakwah. [4]
Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in. Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu proses dakwah. [4]
Dengan demikian dai adalah semua
orang atau setiap diri manusia yang melakukan suatu seruan, ajakan, panggilan
terhadap sesuatu secara umum diartikan sebagai dai. Secara khusus yang penulis
maksudkan dari dai itu adalah siapa saja
yang melakukan ajakan, seruan atau panggilan kepada jalan Allah berupa kebaikan
dan petunjuk atau kebaikan dan melarang dari kemungkaran dengan orientasi
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiiri baik di dunia maupun untuk
akhiranya kelak.
Jika diurutkan siapa yang menjadi Dai,
maka Dai yang pertama adalah Allah, kemudian yang mendakwahi manusia kejalan
Allah itu adalah nabi. Nabi yang
dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw. Sesudah Nabi wafat dilajutkan oleh para
sahabat dan para pengikut setianya. Rasul merekomendasikan bahwa pelanjutnya
bukanlah para sahabatnya, akan tetapi menunjuk kepada ulama sebagai pewarinya
sampai kepada mubaligh sekarang dan seterusnya.
Dalam hal ini ada beberapa sifat
yang harus di miliki seorang subjek dakwah(da’i).
1. Mengetahui
tentang Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai pokok agama Islam.
2. Memiliki
pengetahuan Islam yang berlandaskan dengan Al-Quran dan Hadist.
3. Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan
dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa (Psikologi), Sejarah, Antropologi,
Perbandingan Agama, dan sebagainya.
4. Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada
jalan yang diridlai Allah.
5. Penyantun dan lapang dada.
Demikianlah
beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang subjek dakwah, dan masih banyak
lagi sifat yangt memang harus di miliki oleh seorang Da’i.
·
Maudu’u Dakwah ( objek dakwah ).
Objek dakwah adalah orang-orang yang menjadi sasaran
kegiatan dakwah. Secara umun dapat dikatakan bahwa siapa saja yang mendapat
seruan atau ajakan, panggilan atau himbauan kepada kebaikan, meninggalkan
kejahatan, atau kemungkaran maka mereka adalah Maud`u. Ketika dipahami
pengertian dakwah sebagaimana yang dikemukan oleh Syaekh Ali Mahfuzh,[5] maka objek
dakwah itu adalah semua manusia. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Muhammad
Saw sebagai dai yaitu Kafatalinnas (seluruh manusia). Begitu pula halnya
jika dicermati lebih jauh kata-kata dakwah dalam berbagai bentuk, bermakna
mengajak kepada yang ma`ruf serta mencegah dari kumungkaran,
terlihat bahwa yang menjadi obyek atau penerima dakwah itu ialah seluruh umat
manusia. Hal ini sesuai dengan kerasulan nabi Muhammad Saw. diutus untuk
seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam QS. al-A’raf ayat
157:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي
رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
Semua.
Kemudian dipertegas lagi
dalam surat Saba’ ayat 28 :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً
لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya : Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.(Qs. Saba` : 28).
.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang menjadi obyek
dakwah(sasaran dakwah) adalah seluruh
umat manusia tanpa terkecuali, seluruh umat manusia dituntut untuk menerimanya
selama dia berakal, baik laki-laki atau perempuan tanpa memandang kepada
kebangsaan, warna kulit, pekerjaan, daerah tempat tinggal dan sebagainya. Dapat
juga dikatakan bahwa dakwah tidak
tertuju kepada bangsa tertentu, kepada tingkatan tertentu, kepada golongan
tertentu.
Selanjutnya kalau diklasifikasikan objek dakwah dalam
al-Qur`an, maka sasaran dakwah tersebut dikelompokkan menjadi bebrapa kelompok
seperti kelompok orang mukmin, kafir, dan munafiq.
Golongan mukmin,
mereka yang meyakini kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta telah
melaksanakan ajaran al-Qur’an itu dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok ini
tidak akan ada keraguan dalam menerima
ajaran agama.
Golongan kafir, yakni mereka yang belum meyakini atau belum
beriman serta mengingkari kebenaran al-Qur’an itu. Sehingga apakah mereka
diberi nasehat atau tidak, namun mereka tetap tidak beriman kepada Allah
Swt.dan golongan berikutnya, golongan munafik, yaitu mereka yang secara
lahiriah telah beriman, tapi pada hakikatnya mereka belum yakin terhadap
kebenaran al-Qur’an.
Abdul Karim Zaidan,[6] lebih lanjut
menjelaskan, bahwa dalam al-Qur`an yang menjadi objek dakwah adalah para
penguasa(mala`), masyarakat umum (jumhur), munafiq dan orang-orang
yang berbuat maksiat.
1.
Al-Mala’.
Menurut ahli tafsir kata-kata al-Mala’
berarti pemimpin-pemimpin, kepala-kepala dan orang besar kaumnya. [7]. Dengan demikian
karakteristik dan kecendrungan mentalitas al-malak terkesan sebagai para penantang dan
pembangkang karena kekuasaannya. Hal ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam
QS. 34:35,36, Hal itu disebabkan oleh
berberapa factor antara lain
a.
Karena Takabbur
b.
Karena cintanya kepada kekuasaan dan kemegahan.
c.
Karena Jahil.
2. Jumhur al-Nas
Jumhur diartikan sebagai orang kebanyakan (public) atau
masyarakat umum yakni orang yang menjadi pengikut para pemimpin dan penguasa,
yang pada umumnya adalah orang-orang miskin dan lemah dalam berbagai masalah.[8] Dari segi respon
dakwah, jumhur lebih cepat menerima dakwah dari golongan al-Mala’
dan merekalah yang menjadi pengikut para rasul, yang membenarkan dan beriman
lebih dahulu kepada para rasul itu. Sifat-sifat jumhur ini diterangkan dalam
al-Qur’an antara lain : QS. 43: 54.
3
Munafik.
Kelompok
penerima dakwah yang ketiga adalah orang munafik, yakni orang
yang menyembunyikan kekufurannya dan melahirkan imannya. Sikap orang munafik ini
terhadap dakwah sebenarnya lebih sulit dan lebih berbahaya dari orang kafir.
Sebab mereka bermuka dua, apabila bertemu dengan orang beriman, mereka mengaku
beriman dan apabila mereka kembali kepada kelompoknya (kafir) mereka juga
menyatakan keku-furannya. Sifat-sifat orang munafik ini diceritakan dalam QS.
2: 14
4. Orang
yang Maksiat.
Pelaku maksiat dimaksudkan[9] adalah suatu
golongan yang beriman dan menuturkan dua kalimat syahadat, namun tidak
menunaikan isi dan jiwa syahadat yang dituturkannya, mengerjakan sebagian
perintah agama dan menyalahi sebagian.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi objek dakwah itu adalah semua manusia yang tergolong pada
kelompok orang beriman, kafir, munafik, imala` jumhurnas dan orang-orang yang
berbuat kemaaksiatan.
.
·
Materi Dakwah (Maudu`uddakwah)
Materi adalah segala sesuatu yang
menjadi bahan ajar yang akan disajikan oleh sipemateri atau yang diajarkan kepada orang lain
(penerima materi). dakwah. Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang
mencakup dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok;
akidah, akhlak dan hukum-hukum,[10] yang biasa
disebut dengan “syari’at Islam”. Syari’at biasa juga disebut dengan agama (al-din
atau al-millat).[11].
Dengan demikian, materi dakwah
meliputi seluruh ajaran Islam dengan segala aspeknya dan hal ini dijiwai dengan
keberadaan Rasul Allah Saw. sebagai pembawa rahmat di alam ini sesuai
dengan QS. al-Ambiya’: 107. Mushthafa
al-Maraghiy menjelaskan ayat ini merupaka prinsip ilahiyah, bahwa Tuhan
tiada mengutus Rasul-Nya dengan membawa agama yang lengkap dengan metode
penjabarannya dari syari’at serta hukum-hukum yang berhubungan dengan
kebahagiaan dunia akhirat, melainkan sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia
seluruhnya mengenai urusan kehidupan dunia dan tempat kembalinya (akhirat).[12] Hal ini sesuai
denga Firman Allah dalam QS. al-Maidah:
67:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
Artinya
:Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.( Qs. Al-Maidah : 67)
Dengan demikian objek materi pokok
dalam berdakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, yang bertujuan untuk mengajak
manusia untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya demi
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
·
Metode Dakwah
Kata Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang
berarti cara atau jalan.[13] Metode berasal
dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara).[14]. Dalam
bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode.[15] Dalam bahasa
Arab disebut dengan thariq,[16] manhaj. Sedangakan dalam bahasa Indonesia
kata “metode” mengadung pengertian cara yang teratur dan berpikir baik-baik
untu kmencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yabg bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.[17]. Adapun yang
dimaksud dengan metode dakwah adalah cara atau jalan yang dilakukan dan
ditempuh oleh para dai dalam menyampaikan atau mendakwahkan ajaran Islam kepada
umat (almaduin) melalui proses-proses atau strategi tertentu.
Terkait dengan metode dakwah, maka
al-Qur`an mengemukan berberapa prinsip dan strategi dalam menyampaikan ajaran
Islam (dinul haq) sebagaimana Firman Allah dalam surat, An-nahl 125.
Artinya:Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[18]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Di lihat dari ayat di atas maka metode dakwah
dapat di lihat dalam 3 konsep besar yaitu:
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b) Mau'izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b) Mau'izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.
·
Media Dakwah
Media dakwah (wassailull al-da`a)
ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat,
suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah.[19] Kalau dilihat
secara eksplisit tidak ada penjelasan al-Qur’an tentang media atau alat apa
saja yang dapat digunakan untuk menyampaikan dakwah. Tetapi secara implisit
banyak isyarat al-Qur’an tentang masalah media ini. Antara lain
Hamzah Ya’cub, mengelompokkan media dakwah tersebut kepada lima, yakni:
1. Lisan
Menurut Abdul Karim Zaidan, media lisan atau bahasa adalah
media pokok dalam penyampaikan dakwah Islam kepada orang lain. [20] Dalam
al-Qur’an, ditemui isyarat tentang media lisan ini antara lain dalam QS. 7: 158
dan 2: 104. Dalam beberapa ayat tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah
menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan menggunakan media lisan secara
langsung. Termasuk dalam kelompok media ini antara lain khutbah, pidato,
ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, pidato radio dan
sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau bersuara .[21]
2. Tulisan
Tulisan merupakan hasil dari uapaya dai dalam menuliskan
sesuatu pesan yang dimungkinkan tulisan tersebut dibaca dan digubris oleh para
pencinta dakwah.Dapat pula dikatakan bahwa dakwah tulisan adalah dakwah yang
dilakukan dengan perantaran tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat-surat
kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis,
spanduk dan sebagainya.[22].
3. Lukisan
Lukisan yang dimaksud adalah gambar-gambar hasil seni lukis,
foto, film cerita dan sebagainya. Media ini memang banyak menarik perhatian
orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang ingin
disampaikan kepada orang lain. Namun sulit ditemukan isyaratnya dalam Al Quran.
4. Audio-Visual
Audion visual merupakan kombinasi audio dengan visual yang
bisa dijadikan sebagai salah suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang
penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam Televisi dan media
jenis lainnya. Sama juga halnya dengan media nomor 3 tidak begitu jelas
diungkapkan dalam Al Quran.
5. Akhlak
(keteladanan).
Akhlak disini ialah prilaku yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai
alat untuk mencegah orang dari kemungkaran, atau juga yang akan mendorong orang
lain berbuat yang ma’ruf, seperti membangun mesjid,
sekolah dan sebagainya, atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya
syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.[23].
D. Penutup
Dari penjabaran dan penjelasan
tentang komponen-komponen dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen dakwah diartikan sebagai unsur-unsur atau bagian-bagian dalam
kegiatan dakwah yang saling keterkaitan. Keterkaitan dimaksud adalah saling
berhubungan dan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur
dakwah tersebut ialah da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi),
ushlub(metode), dan wasail(media).
DAFTAR PUSTAKA
Muhtadi, Asep S. 2012. Komunikasi Dakwah: Teori,
Pendekatan, Aplikasi. Cetakan
Pertama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ali Aziz, Muhammad. 2009. Ilmu Dakwah. Cetakan Kedua.
Jakarta: Kencana Media Group.
Zaidan, Abdul K. 2001. Ushulud Al-Dakwah. Cetakan Ke
Sembilan. Bairut.
Ya’cub, Hamzah. 1986. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan
Leadership, Bandung, Diponegoro.
Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi
Askara.
http://iwanrosadi.blogspot.co.id/2011/10/komponen-komunikasi-dakwah.html
Abdurrasyid dan A.f. Hidayat.2005. Kamus Lengkap
Arab-Indonesia, Indone-sia-Arab, Bandung: Pustaka Setia.
W.J.S Powerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Cetakan Ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Shihab, Qurais. 1992. Membumikan al-Qur`an, Bandung :
Mizan.
Hasan, Fuad dan Koentjaranigrat. 1997,beberapa Asaz
Metodologi Ilmiyah,di dalam Koentjaranigrat (Ed),Metodologi Penelitian
Masyarakat, Jakarta : Gramedia,
[1]
.Prof.Dr.Asep Saeful Muhtadi, komunikasi dakwah, teori, pendekatan, dan
aplikasi, Simbios Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal 6.
[2]
.ibid, hal 7.
[11]. Lebih lengkap lihat penjelasan, A. Hanafi, Pengantar dan
Sejarah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, h. 9
[13]. Fuad Hasan dan Koentjaranigrat,beberapa Asaz Metodologi
Ilmiyah,di dalam Koentjaranigrat (Ed),Metodologi Penelitian Masyarakat
,(Jakarta : Gramedia, 1997, hal.16.
[15]. Munzier Saputra dan Harjani Hefni (Ed),Metode Dakwah,(Jakarta
: Rahmad Semesta,2006) Cet. Ke-2,hal.6
[18]. Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil
[19]. Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership,
Diponegoro, Bandung: 1986, h. 47
[20]. Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Alih bahasa:
M. Asywadie Syukur), Media Dakwah, Jakarta, tt,
h. 259
✴ Platform Trading Binary Option ✴
BalasHapusHttps://Www.hashtagoption.com
Trading Binary Option Indonesia | Binary Option Terpercaya | Trading Online Indonesia
✔Fast 24Hours Deposit / Withdrawal.
✔Customer-Support 24-hours online.
✔Trading News & Tips Supported.
✔Demo-Account For New Traders.
✔1% Referral Life-time bonus.
💠 HASHTAGOPTION 💠
Register below:
https://platform.hashtagoption.com/site/signup
#hashtagoption #trading #tradigbinaryoption #options #binaryoption #opsibinner