Langsung ke konten utama

Komponen-Komponen Dakwah

Komponen-Komponen Dalam Dakwah
A.    Pendahuluan
Dakwah merupakan suatu system yang penting di dalam gerakan islam. Dakwah dapat di pandang sebagai proses perubahan yang diarahkan dan di rencanakan guna dapat menciptakan atau mencetuskan individu, keluarga, dan masyarakan serta peradaban dunia yang di ridhai oleh Allah S.W.T. Dan di dalam dakwah pun sudah kita katahui sangat erat kaitannya dengan komunikasi, dalam hal ini komunikasi sangatlah penting dalam proses dakwah, dan apabila kita ingin mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna dalam berdakwah, maka kita haruslah menguasai cara-cara berkomunikasi denga baik, dari kita menguasai hal-hal tersebut maka kita akan mengetahui bagaimana prosesnya komunikasi dakwah tersebut, dan juga kita akan mengetahui apa sajakah unsur-unsur atau komponen-komponen dalam dakwah.
Sebelum membahas pembahasan yang kita tuju ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang persentuhan komunikasi dan dakwah. Aktivitas dakwah dan komunikasi sepintas memang tampak sama, atau berhimpitan satu sama lain, jika komunikasi didefinisikan sebagai proses pengiriman pesan dari seseorang kepada satu atau beberapa orang melalui symbol-simbol yang bermakna, dakwah pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan komunikasi. Secara sederhana, dakwah juga dapat dipandang sebagai proses penyampaian pesan-pesan tentang kebajikan dari seorang penyeru (Dai) kepada audiens (Mad’u). Namun dari sisi konsep, keduannya memiliki ciri sendiri-sendiri.
B.     Pembahasan                                  
Sebelum lebih jauh mendiskusikan atau membahas persoalan dakwah dalam perpektif komunikasi, perlu diklarifikasikan terlebih dahulu pandangan umum, khususnya berkaitan dengan makna dan persentuhan antara dakwah dan komunikasi, kedua istilah ini dapat dimaknai berbeda. Sebagian ada yang menganggap dakwah merupakan bagian dari komunikasi, sementara sebagian lainnya memandang sebaliknya, komunikasi merupaka sebagian dari dakwah.
Dalam kontek ilmu, kedua istilah itu berbeda. Komunikasi dan dakwah merupakan satu disiplin ilmu tersendiri : ilmu komunikasi dan ilmu dakwah. Keduanya memiliki objek masing-masing, baik objek formal maupun objek material. Secara etimologis, keduanya juga berbeda. Komukasi sendiri berasal dari bahasa inggris, to communicate atau dalam bentuk bendannya communication yang secara sederhana berarti menyampaikan. Sedangkan dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a, yad’u, da’watan, yang berarti memanggil. “Menyampaikan” dengan “memanggil” tentu berbeda. Keduanya memiliki konsep tersendiri[1].
Oleh karena itu, setalah kita ketahui pengertian yang mendalam dari kata komukasi dan dakwah, bahwasanya sangatlah berbeda pengertian dari makna komunikasi dan dakwah, mau itu di tinjau dari segi bahasa atau segi lainnya. Menganalogikan dakwah dengan komunikasi, baik secara ilmu maupun praktis, tidak bias begitu saja di terima. Kumunikasi dan dakwah tetap berbeda, meskipun memiliki kesamaan objek, yaitu aktivitas manusia. Komunakasi menitikberatkan analisisnya pada fenomena “menyampaikan” agar dengan pesan itu dapat terjadi perubahan. Sementara dakwah menitikberatkan analisisnya pada fenomena “memanggil” atau “mengajak” untuk melakukan perubahan.[2]
Setelah itu kita akan membahas tentang komponen-kompoen yang ada di dalam komunikasi dakwah, sebelum kita membahas yang mendalam tentang itu, alangkah baiknya kita mengetahui makna secara harfiah tentang apa itu komponen. Komponen secara etimologi (lughatan), dalam bahasa Indonesia di artikan unsur, berarti bagian yang utuh, secara terminology (istilahan) unsur adalah komponen-komponen yang terdapat dalam suatu kegiatan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komponen-komponen dakwah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian yang terdapat dalam kegiatan dakwah yang merupakan sebuah system yang satu sama lain keterkaitan atau mendukung. Apabila ada bagian yang tidak berfugsi atau hilang, maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan. Oleh karena itu, apabila kegiatan dakwah tanpa ada unsur yang lenkap maka kegiatan dakwan mengalami gangguan atau tidak akan berjalan dengan lancer.
C.    Unsur-unsur dakwah.
Komponen atau unsur dakwah antara lain, da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi), ushlub(metode), dan wasail(media). Semua unsur  ini saling keterkaitan satu sama lainnya.
·         Da’I ( subjek dakwah ).
Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Yang menjadi subyek dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang berpendapat bahwa yang menjadi subyek dakwah itu selain manusia Allah S.W.T sendiri. Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya[3]. Jadi sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama, tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah.
Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in. Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu proses dakwah.
[4]
Dengan demikian dai adalah semua orang atau setiap diri manusia yang melakukan suatu seruan, ajakan, panggilan terhadap sesuatu secara umum diartikan sebagai dai. Secara khusus yang penulis maksudkan dari dai itu adalah  siapa saja yang melakukan ajakan, seruan atau panggilan kepada jalan Allah berupa kebaikan dan petunjuk atau kebaikan dan melarang dari kemungkaran dengan orientasi keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiiri baik di dunia maupun untuk akhiranya kelak.
Jika diurutkan siapa yang menjadi Dai, maka Dai yang pertama adalah Allah, kemudian yang mendakwahi manusia kejalan Allah itu adalah  nabi. Nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw. Sesudah Nabi wafat dilajutkan oleh para sahabat dan para pengikut setianya. Rasul merekomendasikan bahwa pelanjutnya bukanlah para sahabatnya, akan tetapi menunjuk kepada ulama sebagai pewarinya sampai kepada mubaligh sekarang dan seterusnya.
Dalam hal ini ada beberapa sifat yang harus di miliki seorang subjek dakwah(da’i).
1.      Mengetahui tentang Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai pokok agama Islam.
2.      Memiliki pengetahuan Islam yang berlandaskan dengan Al-Quran dan Hadist.
3.      Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa (Psikologi), Sejarah, Antropologi, Perbandingan Agama, dan sebagainya.
4.      Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridlai Allah.  
5.      Penyantun dan lapang dada.  
Demikianlah beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang subjek dakwah, dan masih banyak lagi sifat yangt memang harus di miliki oleh seorang Da’i.
·         Maudu’u Dakwah ( objek dakwah ).
Objek dakwah adalah orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan dakwah. Secara umun dapat dikatakan bahwa siapa saja yang mendapat seruan atau ajakan, panggilan atau himbauan kepada kebaikan, meninggalkan kejahatan, atau kemungkaran maka mereka adalah Maud`u. Ketika dipahami pengertian dakwah sebagaimana yang dikemukan oleh Syaekh Ali Mahfuzh,[5] maka objek dakwah itu adalah semua manusia. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Muhammad Saw sebagai dai yaitu Kafatalinnas (seluruh manusia). Begitu pula halnya jika dicermati lebih jauh kata-kata dakwah dalam berbagai bentuk, bermakna mengajak kepada yang ma`ruf serta mencegah dari kumungkaran, terlihat bahwa yang menjadi obyek atau penerima dakwah itu ialah seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan kerasulan nabi Muhammad Saw. diutus untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam QS. al-A’raf ayat 157:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Artinya: Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
Semua.

Kemudian dipertegas lagi  dalam surat Saba’ ayat 28 :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya  :  Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.(Qs. Saba` : 28).
.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang menjadi obyek dakwah(sasaran dakwah)  adalah seluruh umat manusia tanpa terkecuali, seluruh umat manusia dituntut untuk menerimanya selama dia berakal, baik laki-laki atau perempuan tanpa memandang kepada kebangsaan, warna kulit, pekerjaan, daerah tempat tinggal dan sebagainya. Dapat juga dikatakan bahwa  dakwah tidak tertuju kepada bangsa tertentu, kepada tingkatan tertentu, kepada golongan tertentu.
Selanjutnya kalau diklasifikasikan objek dakwah dalam al-Qur`an, maka sasaran dakwah tersebut dikelompokkan menjadi bebrapa kelompok seperti kelompok orang mukmin, kafir, dan munafiq.
 Golongan mukmin, mereka yang meyakini kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta telah melaksanakan ajaran al-Qur’an itu dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok ini tidak akan ada  keraguan dalam menerima ajaran agama.
Golongan kafir, yakni mereka yang belum meyakini atau belum beriman serta mengingkari kebenaran al-Qur’an itu. Sehingga apakah mereka diberi nasehat atau tidak, namun mereka tetap tidak beriman kepada Allah Swt.dan golongan berikutnya, golongan munafik, yaitu mereka yang secara lahiriah telah beriman, tapi pada hakikatnya mereka belum yakin terhadap kebenaran al-Qur’an.
Abdul Karim Zaidan,[6] lebih lanjut menjelaskan, bahwa dalam al-Qur`an yang menjadi objek dakwah adalah para penguasa(mala`), masyarakat umum (jumhur), munafiq dan orang-orang yang berbuat maksiat.
1.      Al-Mala’.
Menurut ahli tafsir kata-kata al-Mala’ berarti pemimpin-pemimpin, kepala-kepala dan orang besar kaumnya. [7]. Dengan demikian karakteristik dan kecendrungan mentalitas al-malak  terkesan sebagai para penantang dan pembangkang karena kekuasaannya. Hal ini dapat ditemukan  dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam QS. 34:35,36,  Hal itu disebabkan oleh berberapa factor antara lain
a. Karena Takabbur
b. Karena cintanya kepada kekuasaan dan kemegahan.
c. Karena Jahil.
2. Jumhur al-Nas
Jumhur diartikan sebagai orang kebanyakan (public) atau masyarakat umum yakni orang yang menjadi pengikut para pemimpin dan penguasa, yang pada umumnya adalah orang-orang miskin dan lemah dalam berbagai  masalah.[8] Dari segi respon dakwah, jumhur lebih cepat menerima dakwah dari golongan al-Mala’ dan merekalah yang menjadi pengikut para rasul, yang membenarkan dan beriman lebih dahulu kepada para rasul itu. Sifat-sifat jumhur ini diterangkan dalam al-Qur’an antara lain : QS. 43: 54.
3        Munafik.
Kelompok penerima dakwah yang ketiga adalah orang munafik, yakni orang yang menyembunyikan kekufurannya dan melahirkan imannya. Sikap orang munafik ini terhadap dakwah sebenarnya lebih sulit dan lebih berbahaya dari orang kafir. Sebab mereka bermuka dua, apabila bertemu dengan orang beriman, mereka mengaku beriman dan apabila mereka kembali kepada kelompoknya (kafir) mereka juga menyatakan keku-furannya. Sifat-sifat orang munafik ini diceritakan dalam QS. 2: 14
4.         Orang yang Maksiat.
Pelaku maksiat dimaksudkan[9] adalah suatu golongan yang beriman dan menuturkan dua kalimat syahadat, namun tidak menunaikan isi dan jiwa syahadat yang dituturkannya, mengerjakan sebagian perintah agama dan menyalahi sebagian.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek dakwah itu adalah semua manusia yang tergolong pada kelompok orang beriman, kafir, munafik, imala` jumhurnas dan orang-orang yang berbuat kemaaksiatan.
.
·         Materi Dakwah (Maudu`uddakwah)
Materi adalah segala sesuatu yang menjadi bahan ajar yang akan disajikan oleh sipemateri  atau yang diajarkan kepada orang lain (penerima materi). dakwah. Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang mencakup dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; akidah, akhlak dan hukum-hukum,[10] yang biasa disebut dengan “syari’at Islam”. Syari’at biasa juga disebut dengan agama (al-din atau al-millat).[11].
Dengan demikian, materi dakwah meliputi seluruh ajaran Islam dengan segala aspeknya dan hal ini dijiwai dengan keberadaan Rasul Allah Saw. sebagai pembawa rahmat di alam ini sesuai dengan  QS. al-Ambiya’: 107. Mushthafa al-Maraghiy menjelaskan ayat ini merupaka prinsip ilahiyah, bahwa Tuhan tiada mengutus Rasul-Nya dengan membawa agama yang lengkap dengan metode penjabarannya dari syari’at serta hukum-hukum yang berhubungan dengan kebahagiaan dunia akhirat, melainkan sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia seluruhnya mengenai urusan kehidupan dunia dan tempat kembalinya (akhirat).[12] Hal ini sesuai denga Firman Allah dalam  QS. al-Maidah: 67:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya :Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.( Qs. Al-Maidah : 67)
Dengan demikian objek materi pokok dalam berdakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, yang bertujuan untuk mengajak manusia untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya demi keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

·         Metode Dakwah
            Kata Metode berasal  dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.[13] Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara).[14]. Dalam bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode.[15] Dalam bahasa Arab disebut dengan thariq,[16] manhaj. Sedangakan dalam bahasa Indonesia kata “metode” mengadung pengertian cara yang teratur dan berpikir baik-baik untu kmencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yabg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.[17]. Adapun yang dimaksud dengan metode dakwah adalah cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh oleh para dai dalam menyampaikan atau mendakwahkan ajaran Islam kepada umat (almaduin) melalui proses-proses atau strategi tertentu.
            Terkait dengan metode dakwah, maka al-Qur`an mengemukan berberapa prinsip dan strategi dalam menyampaikan ajaran Islam (dinul haq) sebagaimana Firman Allah  dalam surat, An-nahl 125.
Artinya:Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[18] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Di lihat dari ayat di atas maka metode dakwah dapat di lihat dalam 3 konsep besar yaitu:
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b) Mau'izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.

·         Media Dakwah
Media dakwah (wassailull al-da`a) ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah.[19] Kalau dilihat secara eksplisit tidak ada penjelasan al-Qur’an tentang media atau alat apa saja yang dapat digunakan untuk menyampaikan dakwah. Tetapi secara implisit banyak isyarat al-Qur’an tentang masalah media ini. Antara  lain  Hamzah Ya’cub, mengelompokkan media dakwah tersebut kepada lima, yakni:
1.      Lisan
Menurut Abdul Karim Zaidan, media lisan atau bahasa adalah media pokok dalam penyampaikan dakwah Islam kepada orang lain. [20] Dalam al-Qur’an, ditemui isyarat tentang media lisan ini antara lain dalam QS. 7: 158 dan 2: 104. Dalam beberapa ayat tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan menggunakan media lisan secara langsung. Termasuk dalam kelompok media ini antara lain khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, pidato radio dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau bersuara .[21]
2.      Tulisan
Tulisan merupakan hasil dari uapaya dai dalam menuliskan sesuatu pesan yang dimungkinkan tulisan tersebut dibaca dan digubris oleh para pencinta dakwah.Dapat pula dikatakan bahwa dakwah tulisan adalah dakwah yang dilakukan dengan perantaran tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat-surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk dan sebagainya.[22].
3.      Lukisan
Lukisan yang dimaksud adalah gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan sebagainya. Media ini memang banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Namun sulit ditemukan isyaratnya dalam Al Quran.
4.      Audio-Visual
Audion visual merupakan kombinasi audio dengan visual yang bisa dijadikan sebagai salah suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam Televisi dan media jenis lainnya. Sama juga halnya dengan media nomor 3 tidak begitu jelas diungkapkan dalam Al Quran.
5.      Akhlak (keteladanan).
Akhlak disini ialah prilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai alat untuk mencegah orang dari kemungkaran, atau juga yang akan mendorong orang lain berbuat yang maruf, seperti membangun mesjid, sekolah dan sebagainya, atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.[23].
D.    Penutup
            Dari penjabaran dan penjelasan tentang komponen-komponen dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen dakwah diartikan sebagai unsur-unsur atau bagian-bagian dalam kegiatan dakwah yang saling keterkaitan. Keterkaitan dimaksud adalah saling berhubungan dan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut ialah da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi), ushlub(metode), dan wasail(media).























DAFTAR PUSTAKA
Muhtadi, Asep S. 2012. Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, Aplikasi. Cetakan     Pertama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ali Aziz, Muhammad. 2009. Ilmu Dakwah. Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Media Group.
Zaidan, Abdul K. 2001. Ushulud Al-Dakwah. Cetakan Ke Sembilan. Bairut.
Ya’cub, Hamzah. 1986. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, Bandung, Diponegoro.
Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi Askara.
http://iwanrosadi.blogspot.co.id/2011/10/komponen-komunikasi-dakwah.html
Abdurrasyid dan A.f. Hidayat.2005. Kamus Lengkap Arab-Indonesia, Indone-sia-Arab, Bandung: Pustaka Setia.
W.J.S Powerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cetakan Ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Shihab, Qurais. 1992. Membumikan al-Qur`an, Bandung : Mizan.
Hasan, Fuad dan Koentjaranigrat. 1997,beberapa Asaz Metodologi Ilmiyah,di dalam Koentjaranigrat (Ed),Metodologi Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia,  
  





[1] .Prof.Dr.Asep Saeful Muhtadi, komunikasi dakwah, teori, pendekatan, dan aplikasi, Simbios Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal 6.
[2] .ibid, hal 7.
[3]. Moh Ali Aziz,Ilmu Dakwah,(Jakarta: Kencana Media Group, 2009), Cet ke-2, h.216
[4]. Abdul Karim Zaidan, Ushulud al-Dakwah,(Bairut :Muassaah al-Risalah, 2001),Cet ke- 9,h.305
[5]. Syaeh Ali Mahfuzh,Hidayatul Mursyidin,
[6]. Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, hal. 118
[7]. Lihat, Tafsir al-Qurthubi III/234 dan Tafsir Ibnu Katsir II/223
[8]. Ibid., hal. 135
   [9]. Ibid., hal. 162
[10]. Lihat, M. Quraish Shihab, op.cit., h. 40                                                           
[11]. Lebih lengkap lihat penjelasan, A. Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, h. 9
[12]. Lihat, Al-Maraghi, op.cit., Juz XVII, h. 78                                                                                        
[13]. Fuad Hasan dan Koentjaranigrat,beberapa Asaz Metodologi Ilmiyah,di dalam Koentjaranigrat (Ed),Metodologi Penelitian Masyarakat ,(Jakarta : Gramedia, 1997, hal.16.
[14]. M. Arifin,Ilmu Pendidkan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,1991),hal.61
[15]. Munzier Saputra dan Harjani Hefni (Ed),Metode Dakwah,(Jakarta : Rahmad Semesta,2006) Cet. Ke-2,hal.6
[16]. Hasanudin,Hukum Dakwah,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996),Cet.ke- 1,hal.35
[17]. Poerwadarminta,kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet.ke-9,hal.649
[18]. Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil
[19]. Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, Diponegoro, Bandung: 1986, h. 47
[20]. Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Alih bahasa: M. Asywadie Syukur), Media Dakwah, Jakarta, tt,  h. 259
[21]. H. Hamzah Ya’cub, loc.cit.
[22]. I b i d . ,  hal. 48
[23]. Abdul Karim Zaidan, op.cit., hal. 281

Komentar

  1. ✴ Platform Trading Binary Option ✴

    Https://Www.hashtagoption.com

    Trading Binary Option Indonesia | Binary Option Terpercaya | Trading Online Indonesia

    ✔Fast 24Hours Deposit / Withdrawal.
    ✔Customer-Support 24-hours online.
    ✔Trading News & Tips Supported.
    ✔Demo-Account For New Traders.
    ✔1% Referral Life-time bonus.

    💠 HASHTAGOPTION 💠


    Register below:

    https://platform.hashtagoption.com/site/signup


    #hashtagoption #trading #tradigbinaryoption #options #binaryoption #opsibinner

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Neo Sufisme

PEMIKIRAN NEO SUFISME Oleh: Elvan Tedio Fawaz Program Studi Aqidah Filsafat BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Di Indonesia, Hamka telah mengemukakan istilah tasawuf modern yang digagasnya dalam sebuah buku yang berjudul “Tasawuf Modern”. Tetapi dalam buku Hamka tersebut tidak ditemui kata Neo-Sufisme. Keseluruhan buku ini, terlihat adanya kesejajaran prinsip-prinsipnya dengan tasawuf al-Ghazali dengan tasawuf modern, kecuali dalam hal “uzlah” . Kalau al-Ghazali mensyaratkan uzlah dalam penjelajahan menuju kualitas hakikat, maka Hamka justru menghendaki agar khultah dalam mencari kebenaran hakiki untuk tetap aktif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit menguraikan tentang tasawuf Neo Sufisme. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud Neo Sufisme? 2. Bagaimana ragam dan perkembangan Neo Sufisme? 3. Siapa tokoh Neo Sufisme? C. Tujuan Penulis 1. Mengerti dan memahami Neo Sufisme ...

Pengertian Wawancara

WAWANCARA DALAM METODOLOGI PENELITIAN A.     Pengertian Wawancara. Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dengan responden. Wawancara merupakan bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung engan responden. Yang dimaksud wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan interview guide (panduan wawancara). Menurut kamus besar Indonesia, wawancara adalah Tanya jawab dengan seseorang yang di perlukan untuk di mintai keterangan atau pendapatny mengenai suatu hal. Kemudian menurut Bungin (2007), wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian dimana dalam pelaksanaannya terjadi proses per...